- Home >
- Membentuk Anak Mandiri
Posted by : Unknown
Kamis, 24 Mei 2012
BIASANYA perilaku memanjakan terjadi karena orang tua sangat melindungi anak, dan khawatir kebutuhan anak tidak terpenuhi. Kemandirian anak perlu dikembangkan agar ia merasa aman, bisa beradaptasi dengan baik, dan diterima di lingkungannya.
Kemandirian bukanlah keterampilan yang muncul tiba-tiba tetapi perlu diajarkan pada anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Kemandirian fisik adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Sedang kemandirian psikologis adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri.
Ketidakmandirian fisik bisa berakibat pada ketidakmandirian psikologis. Anak yang selalu dibantu akan selalu tergantung pada orang lain karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Akibatnya, ketika ia menghadapi masalah, ia akan mengharapkan bantuan orang lain untuk mengambil keputusan bagi dirinya dan memecahkan masalahnya.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian anak.
1. Faktor Bawaan
Ada anak yang berpembawaan mandiri, ada yang memang suka dan menikmati jika dibantu orang lain.
2. Pola Asuh
Bisa saja anak berpembawaan mandiri menjadi tidak mandiri karena sikap orang tua yang selalu membantu dan melayani.
3. Kondisi Fisik Anak
Anak yang kurang cerdas atau memiliki penyakit bawaan, bisa saja diperlakukan lebih "istimewa" ketimbang saudara-saudaranya sehingga malah menjadikan anak tidak mandiri.
4. Urutan Kelahiran
Anak sulung cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi orang tua belum cukup berpengalaman. Anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari kakaknya.
Tolok Ukur Kemandirian
1. Bayi (Usia 0-12 Bulan)
Masih dalam tahap mematangkan sensomotorik dan mulai mengenal lingkungan, sehingga dapat dikatakan hidupnya sangat tergantung pada orang lain di sekitarnya.
2. Usia 1 - 3 Tahun
Anak mulai bisa diajak untuk mengontrol dirinya. Misalnya toilet training, berbicara jika butuh sesuatu, dan bicara dengan bahasa yang baik. Anak menunjukkan keinginan untuk mandiri dengan berusaha melakukan berbagai hal sendiri. Misalnya, membereskan mainan, mengambil baju, dan lain-lain, meskipun hasilnya tidak memuaskan.
3. Usia 3 - 5 Tahun
Anak menunjukkan inisiatif yang besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya sendiri, dan meniru perilaku orang dewasa. Perilaku mandiri sebaiknya terus dikembangkan dengan memberikan anak tanggung jawab. Misalnya, membereskan mainan, membantu ibu menaruh piring kotor ke tempat piring, dll.
4. Usia Sekolah
Kemampuan anak untuk menunjukkan prestasi sangat penting. Jika anak seringkali mengalami kegagalan, dia akan mengembangkan rasa tidak percaya diri. Jika kemandirian sudah ditanamkan sejak dini, akan mudah bagi anak untuk mengikuti berbagai aktivitas, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Anak mulai mengetahui, misalnya, bagaimana ia harus mengatur waktunya, bagaimana ia harus belajar, bagaimana bergaul dengan teman-teman di sekolah, dan lain-lain.
5. Usia Remaja
Anak sudah memahami dirinya, meskipun ia akan mengalami kebingungan peran. Anak sudah mulai memahami dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan moral (misalnya, bidang studi yang akan dipilih di sekolah). (pusdat/berbagai sumber)
Kemandirian bukanlah keterampilan yang muncul tiba-tiba tetapi perlu diajarkan pada anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Kemandirian fisik adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Sedang kemandirian psikologis adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri.
Ketidakmandirian fisik bisa berakibat pada ketidakmandirian psikologis. Anak yang selalu dibantu akan selalu tergantung pada orang lain karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Akibatnya, ketika ia menghadapi masalah, ia akan mengharapkan bantuan orang lain untuk mengambil keputusan bagi dirinya dan memecahkan masalahnya.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian anak.
1. Faktor Bawaan
Ada anak yang berpembawaan mandiri, ada yang memang suka dan menikmati jika dibantu orang lain.
2. Pola Asuh
Bisa saja anak berpembawaan mandiri menjadi tidak mandiri karena sikap orang tua yang selalu membantu dan melayani.
3. Kondisi Fisik Anak
Anak yang kurang cerdas atau memiliki penyakit bawaan, bisa saja diperlakukan lebih "istimewa" ketimbang saudara-saudaranya sehingga malah menjadikan anak tidak mandiri.
4. Urutan Kelahiran
Anak sulung cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi orang tua belum cukup berpengalaman. Anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari kakaknya.
Tolok Ukur Kemandirian
1. Bayi (Usia 0-12 Bulan)
Masih dalam tahap mematangkan sensomotorik dan mulai mengenal lingkungan, sehingga dapat dikatakan hidupnya sangat tergantung pada orang lain di sekitarnya.
2. Usia 1 - 3 Tahun
Anak mulai bisa diajak untuk mengontrol dirinya. Misalnya toilet training, berbicara jika butuh sesuatu, dan bicara dengan bahasa yang baik. Anak menunjukkan keinginan untuk mandiri dengan berusaha melakukan berbagai hal sendiri. Misalnya, membereskan mainan, mengambil baju, dan lain-lain, meskipun hasilnya tidak memuaskan.
3. Usia 3 - 5 Tahun
Anak menunjukkan inisiatif yang besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya sendiri, dan meniru perilaku orang dewasa. Perilaku mandiri sebaiknya terus dikembangkan dengan memberikan anak tanggung jawab. Misalnya, membereskan mainan, membantu ibu menaruh piring kotor ke tempat piring, dll.
4. Usia Sekolah
Kemampuan anak untuk menunjukkan prestasi sangat penting. Jika anak seringkali mengalami kegagalan, dia akan mengembangkan rasa tidak percaya diri. Jika kemandirian sudah ditanamkan sejak dini, akan mudah bagi anak untuk mengikuti berbagai aktivitas, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Anak mulai mengetahui, misalnya, bagaimana ia harus mengatur waktunya, bagaimana ia harus belajar, bagaimana bergaul dengan teman-teman di sekolah, dan lain-lain.
5. Usia Remaja
Anak sudah memahami dirinya, meskipun ia akan mengalami kebingungan peran. Anak sudah mulai memahami dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan moral (misalnya, bidang studi yang akan dipilih di sekolah). (pusdat/berbagai sumber)